Sebelum membahas ini lebih jauh, tahukah Anda perbedaan antara Insider Buying/Selling dengan Insider Trading?

 

Kalau belum tahu, ini perbedaannya:

 

Insider Buying/Selling

Pembelian dan/atau penjualan saham perusahaan yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan lalu dilaporkan dalam keterbukaan informasi. Bisa direksi, komisaris, dll termasuk Pemegang Saham Pengendali (PSP) perusahaan. Ini adalah merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan selama pembelian/penjualan itu berdasarkan informasi yang bersifat publik.

 

Insider Trading

Pembelian dan/atau penjualan saham perusahaan yang dilakukan oleh seseorang dan/atau sekelompok orang dengan dasar informasi atau fakta material yang telah diketahuinya terlebih dahulu sebelum informasi tersebut diinformasikan kepada publik atau informasi rahasia perusahaan yang sifatnya tidak dipublikasikan, dengan tujuan mendapatkan keuntungan jalan pintas. Kepastian informasi tersebut biasanya bersumber dari “orang dalam” perusahaan, bisa jadi yang membeli juga “orang dalam” menggunakan akun nominee (akun dengan nama orang lain)

 

Insider Trading adalah hal yang dilarang berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Mengapa hal ini dilarang? Alasannya untuk melindungi dan memberikan keadilan kepada investor ritel di Pasar Modal. Coba bayangkan perbedaan pengetahuan informasi yang terjadi dalam perusahaan antara “orang dalam” dibandingkan dengan investor ritel (publik), “orang dalam” sudah pasti memiliki informasi tentang kejadian atau hal-hal apa saja yang terjadi dalam perusahaan jauh lebih dulu dibandingkan publik sehingga terjadi ketimpangan informasi.

 

Topik yang akan saya bahas kali ini adalah Insider Buying/Selling.

 

Perspektif saya terhadap Insider Buying/Selling.

Insider akan selalu memiliki wawasan yang unik terhadap perusahaan mereka sendiri. Wawasan ini bisa jadi lebih mendalam dan spesifik dibandingkan kita investor ritel, kecuali usaha kita sehari-hari bergerak di sektor yang sama. Ketika insider membeli saham perusahaan, kita bisa mengasumsikan bahwa mereka meyakini harganya sedang undervalued atau mereka yakin terhadap potensi pertumbuhan dan pendapatan perusahaan di masa depan. Hal ini bisa menjadi katalis kita untuk ikut membeli, namun jangan membeli saham hanya karena hal ini saja, tetap perlu analisis secara menyeluruh terhadap perusahaan. Insider Buying juga memiliki sisi negatif. More on these later...

 

Sedangkan Insider Selling, sebenarnya tidak berarti apa-apa. Mereka menjual saham bisa jadi karena berbagai macam alasan, bisa karena ingin renovasi rumah (seperti yang dilakukan Dirut BBCA Pak Jahja sekitar setahun lalu), membayar sekolah anak, diversifikasi portofolio investasi, membagi gono-gini karena bercerai, dll.

 

INVESTING TENET:

Pay Attention More To Insider’s Buying than Insider’s Selling. Insider can sell their stocks for several reasons, but they buy stocks for only one reason: INVESTING.” - Peter Lynch

 

Bagaimana menganalisis Insider Buying?

Untuk melihat apakah Insider Buying ini baik atau buruk, kita perlu menganalisisnya terlebih dahulu. Saya menemukan beberapa kriteria penting untuk diperhatikan dan beberapa kriteria yang sebaiknya diabaikan. Pertama, abaikan apabila insider membeli saham melalui pasar nego dengan pihak tertentu terutama apabila harga pembelian lebih rendah dibandingkan harga pasar saat itu. Kedua, abaikan saja apabila pembelian itu dilakukan dalam porsi yang kecil (relatif berdasarkan saham free float). Bahkan ini bisa dianggap keyakinan insider tidak begitu kuat terhadap saham perusahaannya, malahan bisa juga kita menganggap pembelian jumlah kecil ini sebagai “cosmetic moves” dari insider seolah-olah mereka menunjukkan keyakinan terhadap kepemimpinan mereka dalam perusahaan apalagi membelinya hanya sekali saja.

 

Lalu pembelian yang bagaimana yang perlu diperhatikan?

Saya selalu memperhatikan Insider Buying yang dilakukan berulang-ulang kali (misal setiap bulan mengalokasikan gajinya untuk membeli saham) atau dilakukan sekali namun dalam jumlah yang besar (relatif berdasarkan saham free float). Hal ini menggambarkan keyakinan dan komitmen yang kuat insider terhadap perusahaan. Perhatikan pula apabila ada cluster insider buying atau pembelian saham perusahaan secara bersama-sama oleh insider perusahaan.

 

Komponen yang diperlukan untuk menilai pembelian insider ini merupakan jumlah yang signifikan atau tidak adalah gaji rata-rata eksekutif perusahaan tersebut.

 

Sinyal-sinyal dalam keterbukaan informasi terkait Insider Buying/Selling bisa jadi membuat investor tidak dapat menilai perusahaan secara objektif, terutama apabila kita memiliki sahamnya dalam portofolio pribadi kita. Ini karena otak manusia memiliki “cacat” bawaan yaitu cenderung senang/setuju ketika mendengarkan hal-hal yang mendukung pendapat kita dibandingkan yang tidak (Confirmation Bias). Professor Aswath Damodaran mengatakan:

Insider buying is a noisy signal – about 4 in 10 stocks where insiders are buying turn out to be poor investments, and even on average, the excess returns earned are not very large.

 

Pandangan George Muzea tentang Insider Buying/Selling

Sekilas mengenai George Muzea. George Muzea adalah seorang investment professional dan penulis buku “The Vital Few vs Trivial Many”. Ia memulai karir investasinya dengan menjadi seorang broker pada tahun 1966 di E.F Hutton lalu kemudian pindah ke Dean Witter. Pada tahun 1978-1985 ia memiliki TV shownya sendiri dengan judul “The Muzea Insider Show” dan memulai perusahaan konsultasi bernama Muzea Insider Consulting, LLC. George Soros dan Stanley Druckenmiller tercatat pernah menjadi klien di perusahaannya itu. Bahkan Stanley Druckenmiller pernah menuliskan sebuah pengantar yang bagus di cover bukunya.

 

Kembali ke pembahasan Insider Buying/Selling. Ide dasar Muzea sangat simple: “It’s a natural behavior for an insider to buy when a stock is down. And it’s also normal to take money off the table when a stock has had a great run. We shouldn’t give much weight to those signals.

 

Apa yang perlu kita lihat adalah Insider Divergence (kondisi dimana harga dan perilaku insider berlawanan). Perhatikan apakah insider buying dilakukan ketika saham telah mengalami kenaikan besar dan sebaliknya apakah insider selling dilakukan setelah saham mengalami penurunan besar. Apabila hal ini terjadi, ada baiknya kita sebagai investor menaruh perhatian besar kepada insider perusahaan itu sebagai pelengkap tesis investasi terhadap karakter top level management perusahaan tersebut. Mungkin saja mereka bukan manajemen yang kompeten, atau mungkin saja mereka tipe orang yang suka berspekulasi. Who Knows...?

 

Kesimpulannya, Insider Buying/Selling dapat menjadi informasi yang berguna. Tapi jangan terkecoh mentah-mentah dengan sinyal insider buying/selling. Gunakan sinyal ini sebagai alat bantu kita dalam membuat thesis investasi bukan sebagai keputusan buy, hold, sell. Terutama apabila ada insider buying dalam jumlah yang sangat besar, luangkan waktu untuk menganalisis perusahaannya, mungkin kamu menemukan peluang investasi menarik.


Thanks for reading...