Bahayanya Mendengarkan Noise Media Dalam Berinvestasi

 

Saya mengamati kebanyakan perilaku orang di pasar saham di sekitar Saya dalam menghadapi media sepertinya belum memahami cara menafsirkan media dengan benar. Media yang saya maksud ini adalah surat kabar, berita di televisi, hingga informasi yang biasa kita dapatkan dari media sosial. Semuanya memiliki satu tujuan utama yaitu: Mencoba menyampaikan cerita yang menurut mereka menarik bagi Anda, relevan dengan kondisi saat ini dan dapat dipercaya oleh masyarakat secara luas. Media sebisa mungkin akan memilih berita yang sesuai dengan persepsi mereka tentang apa yang menarik bagi pembaca atau audiensnya. Harapannya untuk dapat menarik perhatian Anda sehingga Anda mungkin akan membicarakannya dengan teman, keluarga, dan rekan kerja Anda. Dalam arti yang berbeda mungkin seolah-olah media ingin menunjukkan bahwa isi beritanya adalah apa yang Anda butuhkan saat ini. It’s there to serve you, not to help you, memang begitulah cara mereka bekerja dan hidup. Sebagai sarana hiburan sebenarnya tidak ada masalah, tapi apabila menyangkut keputusan investasi, menurut saya sangat berbahaya, Anda harus berhati-hati dengan noise media. Mengapa demikian?


Di satu sisi, media memberikan informasi yang bisa saja menarik atau memancing emosi tertentu yang dapat menimbulkan “media hype”. Media hype ini dapat membuat harga saham menjadi abnormal dalam jangka pendek karena bisa sangat berpengaruh pada persepsi orang awam mengenai dampak ekonomi atau pasar dari suatu peristiwa, namun untuk orang-orang yang memahami cara kerja pasar saham, sebenarnya media hype tersebut tidak benar-benar memiliki kekuatan besar untuk menggerakkan pasar. Disinilah konsep pre-pricing dalam pasar saham berperan penting, pasar saham memiliki kemampuan “memperhitungkan” (pre-price) semua informasi yang sudah diketahui secara luas oleh publik. Artinya, begitu sebuah berita menyebar dan menjadi umum, pasar telah mencerminkan informasi itu ke dalam harga saham seperti old saying “the market knows”, walaupun saya juga masih meyakini pasar tidak mungkin 100% efisien. Maka, ketika berita yang telah menarik perhatian banyak orang muncul di headline media, hal tersebut sebenarnya sudah tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan pasar karena telah diperkirakan sebelumnya.

 

Sebaiknya Investor Fokus Pada Hal-Hal Yang Tidak Diketahui Publik

Sebagai seorang investor sebisa mungkin menghindari jebakan dari media. Apabila suatu topik sudah banyak dibicarakan, semua orang membicarakan tentang suatu peristiwa atau isu tertentu, maka informasi tersebut sudah sewajarnya kita anggap telah tercermin dalam pasar dan tidak ada lagi “daya kejutan” yang tersisa. Sebaliknya, investor harus fokus pada informasi yang belum diketahui publik. Disini saya juga membicarakan bahaya dari top-down approach yang selalu melakukan pemilihan saham berdasarkan kondisi makro, dimana kondisi makro adalah sesuatu yang seringkali menjadi fokus media dan juga diketahui oleh publik. Investor harus memiliki pendekatan yang lebih tenang, lebih spesifik dan mendalam terhadap suatu bisnis di lingkaran kompetensinya melalui bottom-up approach. Hanya dengan cara ini maka investor publik/ritel memiliki posisi yang lebih aman dan nyaman bebas dari ekposur media.



Thanks for reading...