Jika Anda mengikuti tokoh-tokoh value investing, mungkin Anda pernah mendengar nama salah satu legenda investasi asal India yaitu Mohnish Pabrai pemilik dari Pabrai Investment Funds dengan dana kelolaan sekitar 1$ miliar dolar AS pada tahun 2024. Beliau dikenal sebagai murid Warren Buffet yang sangat disiplin dalam berinvestasi, investor sukses dengan rekam jejak mengagumkan, serta pemilik filosofi investasi yang sederhana namun mendalam. Sebelum masuk pada intinya, ada baiknya kita mengenal sedikit lebih jauh tentang Mohnish Pabrai.
BIOGRAFI SINGKAT MOHNISH PABRAI
Mohnish Pabrai lahir di Mumbai, India pada tanggal 12 Juni 1964 dan pindah ke Amerika Serikat untuk kuliah dan kemudian berkarier di dunia teknologi. Pada tahun 1991, ia mendirikan perusahaan IT bernama TransTech,Inc., yang kemudian dijual dengan harga sekitar USD 20 juta. Hasil penjualan itu menjadi modal awal untuk membangun Pabrai Investment Funds pada tahun 1999.
Pabrai banyak mengadopsi filosofi value investing ala Warren Buffet dan Charlie Munger. Bahkan, dalam banyak kesempatan ia menyebut dirinya sebagai “copycat investor” alias investor yang suka meniru strategi dari investor hebat daripada mencoba menemukan sesuatu yang benar-benar baru.
Sejak berdirinya, Pabrai Investment Funds berhasil mengalahkan indeks pasar saham dengan kinerja yang sangat baik, meski Ia sendiri sering menekankan pentingnya kesabaran, kesederhanaan, dan konsentrasi dalam investasi.
Makan Siang Seharga 5,9 Miliar Rupiah Yang Terkenal Dengan Warren Buffet
Pada tahun 2007, Mohnish Pabrai bersama rekannya Guy Spier (manajer portofolio dari Aquamarine Fund) memenangkan lelang amal untuk makan siang bersama Warren Buffet. Mereka membayar sekitar USD 650.100 (sekitar 5,9 miliar rupiah pada waktu itu) yang merupakan angka tertinggi saat itu untuk bisa duduk semeja dengan sang legenda dari Omaha.
Bagi Pabrai, makan siang tersebut adalah pengalaman yang mengubah cara pandanganya dalam berinvestasi maupun menjalani kehidupan. Ia mengaku bahwa dari obrolan Santai itu ia belajar bahwa:
- Kesederhanaan adalah kunci – Buffet menekankan bahwa sukses dalam investasi tidak perlu rumit.
- Integritas dan reputasi jauh lebih penting dari uang.
- Fokus pada hal-hal yang dalam lingkaran kompetensi – hanya investasikan pada apa yang benar-benar Anda pahami.
Sejak saat itu, Pabrai makin disiplin dalam menjalankan filosofi value investing, dengan gaya “sederhana tapi efektif” yang ia terus lakukan hingga kini.
Hal yang paling saya kagumi dari Pabrai adalah portofolio investasinya yang amat sangat terkonsentrasi. Ia berani bertaruh sebagian besar modal hanya pada sangat sedikit saham, bahkan terkadang lebih dari 50% hanya pada satu atau dua perusahaan. Filosofi ini membuat setiap kata Pabrai selalu layak untuk diperhatikan.
Dalam banyak wawancaranya, ia membagikan beberapa pelajaran penting yang menurut saya sangat bermanfaat bagi kita sebagai investor. Berikut adalah 6 tips investasi ala Mohnish Pabrai yang bisa kita terapkan.
1. Hidden P/E Ratio of 1x or less
Pabrai hanya berinvestasi pada perusahaan dengan valuasi sangat murah, bahkan ia menyebutnya sebagai “P/E ratio of 1 or less.” Artinya, ia membeli bisnis yang harga sahamnya sebanding dengan satu kali laba tahunan.
Bayangkan ada perusahaan dengan kapitalisasi pasar 1 triliun. Perusahaan itu memiliki cash 500 miliar. Pabrai menganggap jika kita membeli perusahaan ini maka sebenarnya kita membelinya di harga 500 miliar (1T-500M). Lalu laba tahunannya sebesar 250 miliar, maka perusahaan itu memilik Rasio P/E 4x. Setalah Anda melakukan analisis mendalam terhadap bisnisnya, Anda tahu bahwa setidaknya 2 tahun dari sekarang, laba perusahaan tersebut dapat mencapai 500 miliar maka hidden P/E ratio = 2x (1T market capitalization / 500 M laba) dan jika dikurangi dengan cash 500 miliar maka hidden P/E ratio = 1x.
Contoh nyatanya adalah ketika ia membeli Fiat Chrysler (FCAU) pada tahun 2012 dengan harga rata-rata $4. EPS pada waktu itu adalah $2,22. Jika kita kurangi 40% dari harga beli Pabrai di tahun 2012 sebagai nilai yang didapat dari menjual kepemilikan FCAU di Ferrari, kita akan mendapatkan rasio P/E mendekati 1. Terlebih lagi, kita juga harus menambahkan spin-off Ferrari yang memiliki kapitalisasi pasar hampir sebesar FCAU. Jadi Pabrai mendapatkan keuntungan ganda. Saat itu, banyak orang pesimis terhadap industri otomotif. Namun, Pabrai melihat peluang karena tahu perusahaan tidak akan bangkrut dan punya potensi laba besar di masa depan.
Kesempatan seperti itu jarang terjadi, Pabrai sendiri mengatakan bahwa dalam menemukan saham dengan “rasio P/E 1 atau kurang” membutuhkan untuk menunggu dua atau tiga tahun dan pada waktu kesempatan itu datang, Ia akan berinvestasi dengan jumlah yang sangat signifikan terhadap total portofolionya.
2. Tiga Alasan Utama Investasi Gagal
Menurut Pabrai, ada tiga alasan utama mengapa investasi tidak berjalan dengan baik:
- Alasan pertama dan terbesar adalah leverage.
- Diikuti dengan salah paham terhadap moat, di mana investor mengira ada moat padahal sebenarnya tidak ada.
- Alasan terakhir adalah manajemen. Kualitas manajemenlah yang membedakan antara investasi hebat dan yang biasa-biasa saja.
3. Seni Meniru (Cloning) Investasi Saham
Pabrai tidak malu mengakui bahwa banyak ide terbaiknya berasal dari meniru investor lain yang Ia kagumi. Misalnya, saat Ia berinvestasi di Fiat Chrysler karena melihat investor hebat lain seperti David Einhorn membeli General Motors. Bahkan Ia menemukan investasi di Rain Industries hanya karena seseorang mengiriminya laporan analisis yang bagus. Dari sini kita belajar bahwa tidak ada salahnya meniru, selama kita memahami logika di balik keputusan tersebut.
4. Jangan Pikirkan Makro
Bagi Pabrai, akan sangat membuang-buang waktu untuk memprediksi resesi, inflasi, atau suku bunga naik atau turun. “Investors should spend zero time thinking about the macro.” ~ Mohnish Pabrai.
Fokuslah pada bisnis karena mikro akan selalu mengalahkan makro di sebagian besar waktu. Pesan intinya adalah: fokuslah memahami bisnis, bukan mencoba meramal ekonomi makro. Dalam jangka panjang, perusahaan hebat akan tetap mencetak kinerja yang baik.
Saya sendiri juga berpendapat, orang yang banyak membahas kondisi makro memang tampak pandai, karena variable-nya banyak dan rumit, tapi sedikit yang berguna untuk keputusan investasi jangka panjang. Lebih baik gunakan common sense kita sendiri dalam keputusan investasi.
5. Mengurangi Porsi Investasi Di Pasar Saham Amerika Serikat
Dulu, 80-90% portofolio Pabrai ada di Amerika Serikat. Namun kini, Ia semakin jarang berinvestasi di sana. Alasannya sederhana: jumlah perusahaan publik di AS terus menurun (dari 8.000 menjadi kurang dari 3.500 dalam kurun waktu 20 tahun), sementara analis yang mengikuti semakin banyak. Artinya, peluang menemukan “permata tersembunyi” semakin kecil. Selain itu Pabrai lebih menyukai “ketidakefisienan” pasar di negara-negara berkembang.
Dari hasil pencarian saya, per 2024 portofolio Pabrai sebagian besar di emerging countries sekitar 40-50% di Turki, 25% di AS coal industry dan sisanya di India. Beliau juga mengatakan sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi di China. Semoga suatu saat masuk ke pasar Indonesia ya, Indonesia ini juga negara berkembang yang pasar sahamnya banyak peluang bagus lho. Sebagai perbandingan saham listing di Turki jumlahnya 551 perusahaan di 2024, sedangkan Indonesia ada 943 di tahun yang sama.
6. Tidur Siang
Satu hal unik dari Pabrai adalah kebiasaannya tidur siang setiap hari. Menurutnya, tidur siang meningkatkan fokus dan produktivitas. Bahkan Warren Buffet dikabarkan memiliki ruangan khusus untuk tidur siang di kantornya. Untuk yang satu ini, saya jadi ingat ada teman saya yang crazy rich di Surabaya juga punya habit tidur siang setiap hari bahkan saat liburan ke luar negeri juga tetap tidur siang. Ia juga mendalami investasi jangka panjang. What a coincidence!
Saya sendiri selalu senang mempelajari strategi dan kebiasaan dari investor-investor terbaik di dunia. Tapi saya tidak tidur siang, kedepannya saya juga akan mencoba tidur siang, untuk meningkatkan produktivitas di sore-malam hari. Toh sebagian besar waktu yang saya habiskan untuk melakukan riset dan mencari saham undervalued seringkali di malam hari. Pagi-siang hari saya lebih sering disibukkan oleh kegiatan sehari-hari seperti antar jemput anak sekolah dan kursus sambil membaca buku saat menunggu.
Thanks for reading...