Membeli saham yang memiliki background story corporate action memang sedang digemari saat ini, saya sempat bertemu dengan beberapa investor saham dan berbincang-bincang dengan mereka dan rata-rata sekarang memiliki porsi portfolio untuk emiten corporate action. Bahkan, ada 1 investor pasar modal di Jakarta yang terkenal sangat fanatik dengan value investing, juga mendiversifikasi portonya untuk saham corp action.
Artikel kali ini saya akan membahas salah satu jenis corporate action yang bisa memberikan gain yang besar (jika benar) namun bisa memberikan loss yang besar pula (baik opportunity loss maupun capital loss) jika keliru, yaitu BACKDOOR LISTING.
Backdoor Listing adalah proses di mana suatu perusahaan private yang ingin gopublic tanpa melalui proses IPO, caranya dengan membeli perusahaan cangkang (shell company) yang sudah goPublic di bursa sehingga otomatis kepemilikan saham tersebut beralih.
Contohnya misal ada PT. A yang belum Tbk membeli kepemilikan saham mayoritas di emiten ABCD yang dimiliki oleh PT. B, maka otomatis kepemilikan saham di emiten ABCD ini beralih menjadi milik PT. A, sehingga secara tidak langsung bisa dikatakan PT. A sudah menjadi perusahaan dengan vehicle emiten ABCD.
Umumnya PT. A ini adalah perusahaan yang skalanya besar dan emiten ABCD ini adalah emiten yang skalanya ultra micro (sangat kecil).
Mengapa PT. A mau melakukan backdoor listing daripada harus melewati proses IPO ? Yang pertama, PT. A tidak butuh dana dari publik (ingat, kalau IPO perusahaan mendapatkan dana dari porsi saham yang dilepas ke masyarakat sedangkan backdoor listing malah perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli saham emiten cangkang). Yang kedua, proses yang dibutuhkan untuk melantai jauh lebih cepat karena untuk IPO sendiri biasanya membutuhkan waktu 1 tahun jika struckture-nya sudah siap semua, dan untuk menyiapkan structure-nya biasa dibutuhkan sekitar 2 – 3 tahun (mulai dari struktur perusahaan, penyusunan accounting, legalitas, dsb). Sedangkan backdoor listing bisa diselesaikan hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun dan proses restructnya bisa sambil berjalan.
Terus mengapa backdoor listing bisa memberikan gain yang sangat besar ? Teman-teman bisa membayangkan, jika ada emiten ABCD yang ekuitasnya katakan 100M, cetak laba setahun 5M, kemudian dibeli oleh PT. A yang merupakan perusahaan raksasa dan emiten ABCD ini diinject aset oleh PT. A sebesar 1 Triliun. Karena diinject aset 1T, laba emiten ABCD menjadi 50M setahun.
Nah tentu valuasi dari emiten ABCD yang semula dilihat dari kinerja pre-backdoor akan berubah drastis sesudah dilihat dari kinerja paska-backdoor. Kata kunci untuk peningkatan valuasinya adalah “injectan aset” dari pemegang saham pengendali yang baru.
Makanya teman-teman bisa melihat misal saham PANI yang tahun 2020 ekuitasya 40 Milyar dengan harga saham 100an (sesudah diadjust) berubah menjadi ekuitas 29 Triliun di tahun 2025 dengan harga saham 14.000an.
Namun kita sebagai investor tidak boleh hanya melihat dari sisi potensinya saja, kita mesti melihat juga RISK jika berinvestasi menggunakan metode ini. Baru-baru ini sedang ramai saham yang diisukan backdoor yang ternyata JEBAKAN MAUT dan merugikan investor-investor, yaitu emiten DADA.
Sejak bulan Agustus, sudah muncul berita / rumor yang mengatakan saham DADA mau diakuisisi oleh perusahaan raksasa Jepang. Hal ini mendongkrak saham DADA dari harga 7 rupiah mencapai titik tertingginya 240 rupiah pada 10 Oktober 2025.
Selain itu, perseroan ketika diminta penjelasan bursa atas transaksinya yang sempat ARA berjilid-jilid juga menjelaskan demikian :
Jawaban dari perseroan ini memberikan angin Surga bahwa DADA sedang diminati oleh investor asing dan potensi dibackdoor listing ! Bahkan ada analis yang mengatakan saham DADA bisa ke 230rb !!
Vanguard mau masuk ke saham DADA !! Wah wah wah keterlaluan sekali memang zaman sekarang media-media ini. Sungguh ga masuk di akal saham 7 naik ke 230.000 dan lebih edan-nya DIPERCAYA oleh sebagian besar RETAIL !! Ini buktinya !!
Teman-teman bisa membayangkan, saham seperti DADA dalam 1 hari transaksinya bisa mencapai 900 Milyar rupiah (hampir 1 Triliun !!), ekuitas Cuma 300M-an tapi transaksinya 3x lipat dari ekuitasnya, sungguh luar biasa berita pom-pom didukung dengan pemberitaan dari emiten yang menurut saya kungfu-nya sudah sangat kasar. Dan di tanggal 10 Oktober tersebut, yang lebih membagongkan adalah PSPnya sendiri yang berjualan ratusan Milyar rupiah di harga rata-rata 172, sedangkan yang menampung barang dari guyuran PSP adalah broker sejuta umat XL CC YP XC PD KK !!
Brutal dan liar sekali aksi dari emiten DADA ini menyembelih dada dan leher dari investor-investor retail (atau lebih cocok saya sebut gambler). Inilah resiko besar yang menanti jika anda membeli saham yang punya background story backdoor listing tapi harganya sudah dikerek setinggi langit.
Emiten DADA sendiri tanpa rasa bersalah, ketika ditanya oleh bursa terkait volatilitas transaksi yang terjadi, menjawab seperti ini :
Langkah strategis memperkuat struktur permodalan dan memperbaiki arus kas , itu jawaban alasan divestasinya. Mantap sekali cara emiten ini mendapatkan uang dari investor sahamnya sendiri.
Ciri-ciri saham Backdoor Listing
Saat ini, ada emiten-emiten micro di bursa yang mengalami lonjakan di bursa namun tidak ada berita apa-apa yang muncul, salah satunya adalah BLUE. Saham BLUE yang di September masih 300an, sekarang sudah 1600an dan terkena suspend, biasanya emiten seperti ini yang naik dalam senyap ini cenderung ada aksi korporasi (potensi backdoor listing) namun yang bisa menikmati keuntungan tentu adalah orang-orang yang “Sudah mengetahui duluan” sebelum beritanya release di keterbukaan informasi.
Kalau retail-retail yang berusaha mendapatkan keuntungan dengan membeli saham seperti ini ketika harganya sudah naik berkali-kali lipat, maka resiko anda juga sangat amat tinggi, sekali berbalik arah atau jika ternyata batal corp actionnya maka sahamnya akan terjun payung.
Hanya ada 1 kriteria utama perusahaan yang berpotensi untuk diakuisisi / dibackdoor listing :
Asetnya dan ekuitasnya kecilll (di bawah 200 Milyar).
Jika perusahaan mengakuisisi perusahaan yang asetnya jumbo, padahal hanya digunakan vehicle untuk backdoor (bisnis asli perusahaan akan dibuang), maka perusahaan harus mengeluarkan uang sejumlah nilai asetnya + nilai akuisisi, misal 200M untuk tebus aset dan 40M untuk nilai akuisisi. Tentu perusahaan akan memilih emiten yang ultra micro, kalau bisa di bawah 100M makin baik karena nilai tebusnya makin kecil. Bahkan, perusahaan dengan ekuitas negatif pun masih mungkin untuk diakuisisi.
Makanya emiten-emiten yang ultra micro cap semua kompak naik di 2 tahun belakangan ini. Walaupun demikian, perusahaan raksasa yang mau mengakuisisi tentu akan melihat lebih detail lagi isi dari aset-asetnya (karena ini yang akan mereka tebus), dan ketika proses due dilligence ini tidak clear bisa menyebabkan batalnya transaksi akuisisi (tentu kalau ini terjadi harga sahamnya bisa rontok).
Perusahaan yang mau diakuisisi, juga biasanya merelease laporan keuangan yang sudah DIAUDIT. Karena proses akusisi dipastikan melalui tahapan audit terlebih dahulu.
Memang mudah untuk melihat saham-saham mana saja yang potensi dibackdoor (tinggal pakai screener stockbit), tapii untuk mengetahui saham mana yang betulan dibackdoor ini yang benar-benar susah (kalau tanpa informasi orang dalam). Oleh sebab itu, untuk Arvest sendiri hingga saat ini masih stick menggunakan strategi value investing.
Kalau ada teman-teman yang ingin membagi portfolionya ke emiten corp action, sebaiknya secara persentase portfolio pun jangan terlampau besar (misal max 5%-10% dari total portfolio). Sekali lagi, resiko membeli saham-saham berdasarkan corporate action ini lebih besar karena unsur ketidakpastiannya juga sangat tinggi.
“Lho ko, saya mau cepat naik sport car, kalau Cuma 5-10% nanti bagger 3-4x lipat ga kerasa ko !! ALL IN DADA !!!!”