Kali ini saya akan membahas salah satu saham yang dimiliki sekitar 350.000 investor dan produknya digunakan lebih dari 50 juta user !! Ya perusahaannya adalah GOTO alias Gojek Tokopedia. Saham GOTO sendiri setelah sempat melambung karena isu merger antara GOTO dan GRAB , kembali nyungsep dan sekarang harganya tinggal 57 (sudah dekat dengan saham gocap). Apakah GOTO ke depan akan merger dengan GRAB ? Saya sendiri juga ngga tahu ya.


Seperti retail pada umumnya, ketika ada saham yang turun dalam, yang ada di kepala mereka adalah “Wah ini sahamnya sudah murah, time to buy !!”. Makanya dalam 1 Minggu terakhir ini, sudah ada 3 orang yang bertanya kepada saya bagaimana pandangan terhadap saham GOTO ini.


Saya akan mencoba memberikan paparan kinerja GOTO supaya teman-teman dapat dengan mudah mengetahui bagaimana sih perkembangan GOTO dilihat dari segi BISNISNYA ya.


Sejak tahun 2021 , revenue GOTO selalu mengalami kenaikan dari 4,5T di 2021 menjadi 15,8T di 2024.

Bisnis dari GOTO sendiri juga memiliki Gross Profit Margin yang cukup steady di kisaran 55%an per tahun.


Faktor pemberat dari bisnis model GOTO ini adalah, mereka kerap membutuhkan BAKAR DUIT untuk mendapatkan omset, karena service yang diberikan antara GOTO dengan aplikator lain ini kurang lebih sama (tidak ada diferensiasi spesial). Sehingga cara paling simple untuk menarik user adalah dengan memberikan PROMO.


Kalau anda mau beli makanan di 1 tempat yang sama, anda tinggal membandingkan beli pakai aplikasi GoFood atau ShopeeFood mana yang kasih promo lebih murah. Demikian pula jika anda mau memesan ojek, anda tinggal melihat dari aplikasi Gojek atau Grab mana yang lebih murah.


Untuk itu salah satu variabel terpenting dari GOTO ini bagi saya adalah Cost Marketing Per Sales (CMS).

Pada tahun 2021, CMS GOTO sebesar 0,6 Rupiah

Pada tahun 2022, CMS GOTO sebesar 0,9 Rupiah

Pada tahun 2023, CMS GOTO sebesar 2,3 Rupiah

Pada tahun 2024, CMS GOTO sebesar 5,6 Rupiah

Pada Q2 2025, CMS GOTO sebesar 6,4 Rupiah


Artinya apa ? Pada tahun 2021, untuk mendapatkan Revenue 0,6 Rupiah maka GOTO butuh bakar duit sebesar 1 Rupiah !! Tentu ini sudah pasti rugi parah saat itu. CMS GOTO dari tahun ke tahun mengalami perbaikan hingga pada Q2 2025 ini, untuk mendapatkan Revenue 6,4 Rupiah GOTO membakar duit sebesar 1 Rupiah. GOTO semakin efektif dalam promosinya !!


Pada tahun 2024, dengan Revenue 15,8T dan CMS 5,6 Rupiah ternyata GOTO masih membukukan Rugi Usaha -2,2T. Di Q2 2025 ini, Revenue GOTO 8,5T dan mencatatkan Rugi Usaha -171M. Ini rugi usaha ya bukan Laba / Rugi bersih, kenapa saya melihat rugi usaha ? Karena banyak komponen non operasional yang mempengaruhi laba / rugi bersih dari GOTO sendiri seperti bunga atas uang kasnya yang bejibun (17T), goodwill ataupun pendapatan/kerugian lain-lain.


Segmen penjualan GOTO sendiri terbagi menjadi 4 :

Per FY 2024 sbb


On-Demand Services (Gojek) – ±65,9% (Revenue Rp 10,9 triliun laba Rp 69,4 milyar)

Transportasi online, pesan-antar makanan (GoRide, GoCar, GoFood, GoSend).


Financial Technology (GoTo Financial: GoPay, GoBiz, pinjaman, PayLater) – ±21,1% (Revenue Rp 3,55 triliun rugi Rp 1,1 Triliun)

Fee transaksi pembayaran, bunga pinjaman, layanan keuangan digital.


E-commerce (Tokopedia) - ±8,1% (Revenue Rp 1,35 triliun laba Rp 845 milyar)

Komisi dari marketplace (merchant fee, ads, layanan logistik).


Segmen lain-lain -  ±4,9%  (Revenue Rp 780 Milyar rugi Rp 121 Milyar)


Berikut saya berikan juga tabel Segmen Operasi GOTO untuk tahun 2023 :



Dibandingkan 2023 yang merugi di seluruh segmen, GOTO mengalami peningkatan di mana On Demand services sudah berhasil mencetak laba. Untuk segmen E-commerce, terjadi penurunan signifikan di mana 2023 revenue sebesar +- 6,2T menjadi 1,35T (DROP 79% !) di tahun 2024.


Ini semua karena pendapatan dari Tokopedia sudah tidak bisa dimasukkan penuh ke GOTO karena saham Tokopedia sebesar 75,01% sudah dibeli oleh Tiktok pada Januari 2024.



Apakah rugi GOTO melepas Tokopedia ke Tiktok ? Tidak juga.


Kompetisi marketplace di Indonesia sangat brutal, ada begitu banyak pilihan mulai dari Tokopedia, Shopee, Blibli, Lazada, Bukalapak dan marketplace-marketplace lain dengan spesifik produk yang diusung. GOTO justru mencetak laba di segmen ecommerce pada tahun 2024 karena Biaya Pihak Ketiga-nya mengalami penurunan yang signifikan.



Kalau kita lihat di tahun 2025, strategi GOTO sendiri berfokus pada 2 aspek, Demand On Service - Growth 20% dan Fintech (Financial Technology) yang growth 78% by revenue. Growth di Fintech ini salah satunya karena integrasi layanan Tokopedia dalam aplikasi Tiktok yang memiliki pengguna aktif sebesar 125 juta.

Lantas dengan background seperti ini, apakah GOTO menarik untuk dibeli ?


Sebelum lebih jauh, saya akan membahas terlebih dahulu The Giant Company di tech industri ini, yaitu Amazon. 


SEJARAH AMAZON


Perusahaan Amazon dengan ticker AMZN ini IPO di tahun 1997.



Ketika IPO, Amazon juga sama seperti GOTO, mencetak kerugian



Tahun 1996, revenue AMZN 15,7jt USD dan membukukan Net loss 6,2jt USD

Tahun 1997 (IPO), revenue AMZN 147jt USD dan membukukan Net loss 31jt USD

Tahun 1998, revenue AMZN 609jt USD dan membukukan Net loss 124jt USD

Tahun 1999, revenue AMZN 1,6Milyar USD dan membukukan Net loss 719jt USD !!!


Makin tinggi revenue makin tinggi pula LOSSNYA !! Makin gede revenue, makin gede pula Marketing Costnya. Ya ini karena setiap perusahaan startup memang model bisnisnya bakar duit dulu di depan.


Selain itu, Amazon juga kerap mereinvestasikan uangnya dengan membangun jaringan-jaringan logistik untuk mempercepat proses pengiriman ke tangan konsumen.


Berikut adalah beberapa layanan logistik yang disediakan oleh Amazon :

Pengiriman Barang: Amazon menangani transportasi barang melalui udara, laut, dan darat, memastikan pergerakan lintas batas yang lancar dan efisien. Layanan ini mencakup pemesanan ruang kargo, negosiasi tarif pengiriman, dan pengelolaan jadwal transportasi.


Pengurusan Bea Cukai: Layanan ini mencakup bantuan dokumentasi dan pengurusan bea cukai, yang menyederhanakan lanskap regulasi perdagangan internasional yang kompleks. Amazon menyediakan keahlian untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan bea cukai, mengurangi keterlambatan dan potensi denda.


Manajemen Inventaris: Amazon menyediakan solusi untuk mengelola inventaris di seluruh pusat pemenuhan global, memastikan produk siap dikirim. Ini mencakup pelacakan inventaris secara real-time, pengisian ulang otomatis, dan optimalisasi penyimpanan.


Paletisasi: Amazon menawarkan layanan paletisasi untuk mengatur dan mengkonsolidasikan pengiriman, meningkatkan efisiensi transportasi. Paletisasi yang tepat membantu mengurangi waktu penanganan dan melindungi barang selama transit.


Layanan Importir dan Eksportir Tercatat: Amazon bertindak sebagai importir dan eksportir tercatat, mengelola tanggung jawab dan kepatuhan yang terkait dengan pengiriman internasional. Layanan ini memastikan bahwa semua persyaratan hukum dan peraturan terpenuhi, memfasilitasi transaksi lintas batas yang lancar.


Dengan efisiensi biaya (melalui reinvestasi jaringan logistik dan pemasaran) sembari peningkatan revenue tiap tahun (CAGR REVENUE 1997 – 2003 Sebesar 81,55% !!!), Amazon akhirnya membukukan laba (secara laporan tahunan) pada tahun 2003 atau 6 tahun sesudah IPO.



Selain itu, Amazon juga terus mengembangkan segmen penjualannya karena mereka memiliki big data untuk user-user terdaftar yang bisa dicross sellingkan.


Berikut adalah segmen penjualan Amazon di tahun 2024 :



Untuk perusahaan seperti Amazon yang mencetak laba bersih +-59 Milyar USD (973 TRILIUN RUPIAH !!), dengan free cashflow 38 Milyar USD, market cap Amazon ada di sekitar 2,45 Triliun USD atau setara dengan PE 35x atau 64x FCFnya (per 12 September 2025 tulisan ini dibuat).


Back to GOTO lagi


Bagaimana dengan saham GOTO ? Saya melihat GOTO sendiri sudah melakukan efisiensi biaya dan peningkatan revenue masih terus berjalan (7,5% di tahun 2024 dan 10,62% di tahun 2025 ini). CAGR Revenue GOTO ada di 51,99% sejak 2021 - 2024. Namun terjadi perlambatan growth signifikan di tahun 2023 - 2025 ini.


Konsepnya sama, pertumbuhan revenue harus jauh lebih besar dibandingkan cost-nya jika ingin beralih dari belenggu kerugian. 2 Core Segmen dari GOTO baik On Demand Services & Financial Technology jika ke depan bisa growth seperti 2025 ini memungkinkan hal itu terjadi.



Ini juga menjadi pembuktian dari sang Nahkoda Pak Patrick Waluyo, nama besar Northstar Group yang kerap mendapat suntikan investasi dari sovereign wealth fund juga dipertaruhkan.


Ada salah satu indikator penting juga untuk perusahaan seperti GOTO ini yang harus dilihat, yaitu ROIC (Return On Invested Capital)



Return On Invested Capital dari GOTO sendiri terlihat terus membaik, di Q2 2025 ini sudah hampir berbalik menjadi surplus. Untuk perusahaan seperti Amazon sendiri memiliki ROIC double digit rata-rata di atas 10%.


Walaupun demikian, secara segmen bisnis saya merasa Amazon jauh lebih superior daripada GOTO di mana segmen Advertising, Subscription, Web Service memberikan margin yang sangat tinggi dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan reinvestasi di infrastrukturnya.


Kalau pandangan saya pribadi, jika GOTO tetap dengan bisnis model seperti sekarang, tidak ada penambahan segmen operasi, uang kas 17 Triliun dibiarkan diam di rekening bank seperti tahun-tahun kemarin, cukup berat jika GOTO ingin menyamai pertumbuhan kinerja seperti Amazon.


Jika harga saham GOTO 50 rupiah, dengan lembar saham +-1,1T lembar maka market cap GOTO ada di sekitar 57T. Kalau valuasinya mau dianggap mahal setara Amazon, maka GOTO butuh cetak laba sebesar 1,6T. Pertanyaannya, kalau sudah cetak laba 1,6T dan valuasinya sama dengan AMZN, apa ngga lebih baik beli saham Amazon saja ya ?


Di kondisi seperti ini, menurut saya lebih baik sabar menunggu melihat perkembangan kinerja GOTO di tahun 2026 atau jika teman-teman sangat amat yakin kinerja GOTO akan turn around menjadi positif, alokasi yang bisa dimasukkan tidak secara lump sum.


Apakah sahamnya bisa naik dan bangkit lagi ke 100an ? Ya bisa-bisa saja. Tidak ada yang bisa menebak pergerakan dari market. Apalagi untuk saham-saham di Indo terutama GOTO masih terdapat faktor-faktor lain yang sangat berpengaruh seperti nama besar konglo (dalam hal ini Patrick Waluyo n the gank), kerugian investasi TLKM yang bisa menyeret ke kasus kerugian negara (TLKM investasi di GOTO di average 270) di mana faktor-faktor outsider ini sebenarnya tidak berkorelasi dengan fundamental perusahaan.


Namun kalau dilihat dari kacamata fundamental bisnis, perusahaan ini masih belum bisa dikatakan “valuasi murah”, walau di harga 50 sekalipun UNTUK SAAT INI. Semoga saja ada gebrakan dari manajemen GOTO untuk mendongkrak kinerjanya ke depan dan menjadikan GOTO sebagai salah satu perusahaan teknologi yang layak diperhitungkan di kancah dunia.


Arvest sendiri tidak memiliki posisi di saham GOTO dan tidak berencana berinvestasi di saham ini karena menurut pandangan kami masih banyak saham-saham lain (saham Arvest Seeds pilihan Arvest) yang berpotensi untuk growth dengan valuasi yang terjangkau.


Kalau ada di antara teman-teman yang mempunyai tambahan analisa dari GOTO, ataupun yang kontra dengan tulisan ini, bisa bagikan di kolom komentar di bawah ya..


Happy investing & Be Phenomenal Everyday..